Seperti yang dikatakan oleh Dr. Munir, M.IT, Direktur, Direktorat TIK Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) kepada detikINET di Kampus UPI, Jalan Setiabudhi. Menurutnya, sudah saatnya ICT bisa merdeka di Indonesia dan hanya dengan open source dan open konten, ICT bisa merdeka.
"Karakteristik ICT menciptakan kita menjadi merdeka dalam menjaring informasi. Baik ilmu pengetahuan, sosial, budaya dan berbagai informasi lain yang serba ada. Apapun informasinya kita bisa dapatkan di internet. Namun, kemerdekaan itu masih dalam tahap penerima dan pengguna," ujarnya.
Dorongan penggunaan open source, imbuhnya, digagas oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi dan Depkominfo serta difasilitasi oleh Telkom dengan program INDIGO-nya. UPI menyadari akan peran dan kiprahnya dalam dunia pendidikan terutama dalam penyedia tenaga kependidikan cukup besar. Itulah kenapa UPI berniat merangkul Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) atau eks IKIP di seluruh Indonesia untuk mendeklarasikan ICT Merdeka.
"Tanggal 16 Desember 2008 di Hotel Sari Pan Pasifik ditandatangani MoU antara Kementerian Negara Riset dan Teknologi, PT Telkom Indonesia dan UPI untuk mengadakan aktivitas ICT Merdeka dengan salah satu fokusnya adalah pendayagunaan open source dan open konten," papar Munir.
Rencana dan strategi pun dilancarkan oleh UPI. Diawali dengan seminar ICT Merdeka beberapa waktu lalu, UPI mengajak penggiat IT, terutama bidang pendidikan, membangun komitmen bersama memanfaatkan open source dan mengembangkan konten digital dalam bidang pendidikan.
"Kemarin kita memang berencana untuk mendeklarasikan ICT Merdeka. Namun baru ada 5 LPTK, jadi masih dikonsep dulu. Namun pada dasarnya akan didorong lembaga pendidikan kepada open source dan open konten. Kita masih terima masukan dari yang lainnya," ungkap Munir.
Menurut Munir, deklarasi ICT Merdeka lahir untuk memerdekakan dari penerima informasi menjadi pemberi informasi dan dari pengguna software menjadi pencipta dalam pengembangan software. ( afz / faw )